Harga saham menjadi salah satu pertimbangan bagi investor dan trader saat melakukan trading. Pasalnya, tidak semua orang yang membeli saham berkantong tebal.
Keuntungan dan risiko dari saham yang diperdagangkan juga dipengaruhi oleh harga saham. Jadi bagaimana Anda memilihnya?
Sebelum membahas harga saham, apakah anda mengetahui terlebih dahulu apa itu harga saham? Saham adalah tanda penyertaan modal dari orang pribadi atau badan tertentu, seperti badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau perseroan terbatas.
Dengan mendaftarkan penyertaan modal, para pihak berhak menuntut penghasilan perseroan, kekayaan perseroan, dan untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Harga saham, di sisi lain, adalah harga yang ditetapkan oleh perusahaan untuk entitas lain yang ingin memiliki saham perusahaan.
Harga saham ini berbeda dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG mengukur kinerja seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) per jam. IHSG memberikan gambaran tentang fluktuasi harga saham BEI secara keseluruhan.
Jika Anda tertarik untuk berinvestasi saham, lihat dulu saham-saham termahal di BEI, sektor saham dan modal yang dibutuhkan untuk berinvestasi saham. Ini adalah ulasan.
Harga saham tertinggi di BEI
BEI mencatat ada 671 emiten di pasar modal hingga April 2021. Dari ratusan saham yang ada, ada beberapa saham termahal yang layak dikoleksi.
Analisis saham menunjukkan bahwa saham ini memberikan sejumlah besar uang kepada pemiliknya. semuanya? Simak ulasan berikut berdasarkan data per Juni 2021.
1. DCII – PTDCI Indonesia Tbk
PT DCI Indonesia Tbk adalah perusahaan penyedia layanan data center milik pengusaha Toto Sugiri. Harga saham DCII telah meroket ribuan persen dalam waktu enam bulan sejak tercatat di bursa, yang sangat mencengangkan.
Saat IPO awal Januari 2021, harga saham DCII tercatat Rp420 per saham. Hingga akhir Juni 2021, rasio harga-pendapatan melampaui Rp59.000 per saham.
Dengan kenaikan yang sangat tinggi ini, DCII resmi mempertahankan posisinya sebagai emiten termahal di bursa, menyalip banyak emiten dengan kapitalisasi pasar yang besar.
2. GGRM – PT Garam Tbk
Garam adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Perusahaan pertama kali go public di bursa pada tahun 1990. Hingga akhir Juni 2021, harga saham GGRM mencapai Rp 37.500 per saham.
Pergerakan harga saham emiten tembakau tentu sangat dinamis sepanjang tahun lalu. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi hal ini. Artinya, pandemi Covid-19 telah menurunkan daya beli masyarakat dan menaikkan cukai hasil tembakau pada awal tahun 2021.
3. BBCA – PT Bank Central Asia Tbk
BCA merupakan bank dengan nilai aset tertinggi di Indonesia. Sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT Dwimuria Investama Andalan yang terafiliasi dengan Hartno Brothers. Seperti diketahui, menurut Forbes, Robert Budi Hartono dan Bang Bang Hartono adalah dua orang terkaya di Indonesia.
Bank tersebut telah beroperasi sejak tahun 1957 dan telah menjelma menjadi bank swasta terbesar di tanah air. BBCA pertama kali melakukan IPO pada tahun 2000. Saat itu, harga saham BBCA adalah Rp 1.400 per saham. Saat ini, hingga akhir Juni 2021, harga saham BBCA di atas Rp 31.850 per saham.
4. MKPI – PT Metropolitan Kenchana Tbk
Perusahaan ini menyediakan jasa pengembangan real estate, persewaan, pengelolaan, pemeliharaan dan pembersihan untuk pusat perbelanjaan, apartemen, kantor dan rumah.
Perusahaan Grup MKPI mengelola banyak pusat perbelanjaan terkenal di ibu kota, mulai dari apartemen golf Pondok Indah I dan II hingga Pondok Indah I, II dan III.
Saat ini, harga saham MKPI telah mencapai Rp25.100 per saham.
5. UNTR – PT United Tractor Tbk
United Tractor adalah distributor alat berat di Indonesia. Didirikan pada tahun 1972 oleh bos Astra International William Sulyajaja. Sebagian saham UNTR dikelola oleh perusahaan induk dan 40,5% dimiliki oleh masyarakat umum.
Merek alat berat yang dijual UNTR antara lain Komatsu, UD Trucks, Scania, Bomag, Komatsu Forest dan Tadano. Harga saham UNTR saat ini Rp21.625 per saham.
* Penafian: Artikel ini bukan rekomendasi resmi untuk investasi ekuitas tertentu
Sektor investasi saham di BEI
Pilihan sektor yang tersedia di pasar modal Indonesia sangat beragam. Mulai Januari 2021, Bursa Efek Indonesia akan mulai menerapkan klasifikasi sektor industri baru yang disebut IDX Industrial Classification (IDX-IC).
Sistem klasifikasi ini menggantikan model lama yang digunakan sejak tahun 1996, yaitu Jakarta Stock Industry Classification (JASICA). BEI-IC mencantumkan 12 sektor. Ke-12 unit usaha tersebut, dikutip dari situs resmi BEI, adalah:
1. Energi (A)
Sektor energi termasuk perusahaan yang menjual produk dan jasa terkait ekstraksi energi, termasuk energi tidak terbarukan (bahan bakar fosil), sehingga pendapatan mereka dipengaruhi langsung oleh harga komoditas energi global.
Contohnya termasuk perusahaan minyak, gas alam, pertambangan batu bara, dan perusahaan yang menyediakan layanan untuk mendukung industri ini.
Selain itu, sektor ini juga mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa energi alternatif.
2. Bahan baku (B)
Industri bahan baku meliputi produk dan jasa yang digunakan di industri lain sebagai bahan baku untuk produksi produk akhir, seperti bahan kimia, bahan bangunan, wadah dan kemasan, pertambangan logam dan mineral non energi, serta perusahaan yang memproduksi kayu. Termasuk perusahaan yang menjual. & Produk kertas.
3. Industri (C)
Industri industri mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa yang umumnya dikonsumsi oleh industri, bukan konsumen. Produk dan jasa yang diperoleh merupakan produk dan jasa akhir, bukan produk yang memerlukan pengolahan ulang seperti bahan mentah.
Industri ini mencakup produsen produk kedirgantaraan, pertahanan, produk konstruksi, peralatan dan mesin. Selain itu, industri termasuk penyedia jasa komersial seperti percetakan, pengelolaan lingkungan, pemasok produk dan jasa industri, dan penyedia jasa khusus seperti personalia dan jasa penelitian untuk keperluan industri.
4. Barang konsumsi primer (D)
Industri barang konsumsi primer memproduksi atau mendistribusikan produk dan jasa yang umumnya dijual kepada konsumen, tetapi permintaan barang dan jasa tersebut tidak terpengaruh oleh pertumbuhan ekonomi untuk barang anti-sirkulasi atau barang primer/dasar. Perusahaan disertakan.
Contohnya termasuk pengecer utama – toko kelontong, toko obat, supermarket, pembuat minuman, makanan kemasan, distributor produk, pembuat tembakau, barang-barang rumah tangga dan produk perawatan pribadi.
5. Barang konsumsi non primer (E)
Industri barang konsumsi sekunder meliputi perusahaan yang memproduksi atau mendistribusikan produk dan jasa yang umumnya dijual kepada konsumen, tetapi untuk barang daur ulang atau barang sekunder yang permintaan barang dan jasa tersebut berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Boleh jadi.
Industri ini mencakup perusahaan yang memproduksi mobil penumpang dan komponennya, barang-barang rumah tangga tahan lama, pakaian, sepatu, tekstil, barang olahraga dan barang hobi. Selain itu, industri ini mencakup perusahaan yang menawarkan pariwisata, rekreasi, pendidikan, dukungan konsumen, perusahaan media, periklanan, penyedia hiburan, dan pengecer barang sekunder.
6. Kesehatan (P)
Industri kesehatan mencakup perusahaan yang menyediakan produk dan layanan kesehatan, termasuk produsen alat kesehatan dan bahan habis pakai, penyedia layanan medis, perusahaan farmasi, dan penelitian sektor kesehatan.
7. Keuangan (G)
Industri keuangan mencakup perusahaan yang menyediakan jasa keuangan seperti bank, lembaga pembiayaan konsumen, modal ventura, jasa investasi, asuransi dan kepemilikan.
8. Real Estat dan Real Estat (H)
Industri real estat dan real estat mencakup pengembang real estat dan real estat serta perusahaan yang menyediakan layanan pendukung.
9. Teknologi (I)
Industri teknologi mencakup perusahaan yang menjual produk dan layanan teknologi, termasuk penyedia layanan non-Internet, penyedia dan konsultan layanan TI, pengembang perangkat lunak, perangkat jaringan, peralatan komputer, perangkat dan komponen elektronik, dan produsen semikonduktor. Boleh jadi.
10. Infrastruktur (J)
Industri infrastruktur meliputi perusahaan yang berperan dalam pembangunan dan pengadaan infrastruktur, antara lain penyedia jasa logistik dan pengiriman, penyedia transportasi, operator infrastruktur transportasi, perusahaan teknik sipil, perusahaan telekomunikasi, dan utilitas.
11. Transportasi dan Logistik (K)
Industri transportasi dan logistik termasuk perusahaan yang berperan dalam kegiatan transportasi dan transportasi, seperti penyedia transportasi dan penyedia layanan logistik dan pengiriman.
12. Produk Investasi Tercatat (Z)
Produk investasi yang tercatat termasuk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Modal untuk investasi saham
Selain tingginya minat masyarakat untuk berinvestasi di saham, modal awal untuk investasi saham juga sangat ringan. Sekuritas sebagai broker atau broker perdagangan ekuitas biasanya menetapkan setoran awal sebesar Rp 100.000. Di sisi lain, di masa lalu, penyertaan modal awal di saham biasanya minimal Rp1 juta.
Berbicara tentang seberapa besar modal yang cocok untuk investasi, tentunya hal ini kembali lagi pada posisi keuangan masing-masing investor. Kebutuhan finansial, prioritas, dan profil risiko setiap investor tentunya berbeda.
Semakin banyak modal yang Anda investasikan dalam investasi ekuitas Anda, semakin Anda memiliki kesempatan untuk menawarkan pengembalian yang lebih tinggi. Namun, perlu diingat bahwa risiko berinvestasi di saham juga sangat tinggi.
Oleh karena itu, pastikan investor melakukan analisis fundamental dan teknis terhadap emiten saham yang diinvestasikannya.
Struktur saham
Harga saham berfluktuasi secara dinamis tergantung pada berbagai faktor. Faktor utamanya adalah, tentu saja, hukum pasar, penawaran dan permintaan, juga dikenal sebagai penawaran dan permintaan. Namun, ada faktor lain yang mempengaruhi dinamika harga saham: kinerja perusahaan dan sentimen pasar saat ini.
Dianjurkan untuk berinvestasi dalam ekuitas dalam jangka panjang 5-10 tahun, karena risikonya cukup tinggi dan volatilitas harga cukup tinggi.
Apakah Anda memilih saham, obligasi, atau trust investasi?
Semua produk investasi legal untuk Anda lakukan. Pilihan mana yang terbaik untuk Anda dapat disesuaikan dengan profil risiko Anda. Profil risiko ini menjadi preferensi ketika berhadapan dengan potensi kerugian. Profil risiko terdiri dari:
Investor konservatif: Investor yang tidak puas dengan risiko. Jenis investasi yang cocok untuk investor ini adalah deposito atau reksa dana pasar uang.
Investor Menengah: Posisi perantara. Jenis investor ini masih mau mengambil risiko, tetapi tetap berhati-hati. Jenis investasi yang bisa Anda dapatkan adalah deposito, pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, atau reksa dana pendapatan tetap.
Investor Agresif: Investor mencari risiko tinggi untuk keuntungan terbaik. Instrumen investasi yang cocok adalah investasi ekuitas, perwalian ekuitas, atau perwalian investasi campuran.